Senin, 30 Mei 2011

Sejarah Yang Kita Tahu...

Sejarah yang kita tahu... dari manakah kita mendapatkannya? Buku-buku sejarah di sekolah? Buku-buku sejarah yang didiktekan pemerintah? Atau buku-buku alternatif dari dalam maupun luar negeri yang bisa sama maupun sangat berbeda dari versi resmi pemerintah?

Sejak sepotong demi sepotong sejarah versi resmi yang tercetak di benakku tergerus oleh makin banyaknya buku referensi sejarah yang kubaca, aku pun merasa gamang... tak dapat meyakini yang mana yang benar. Semakin banyak membaca malah membuat semakin bingung...

Bagaimana jika kita menerima informasi yang benar-benar bertentangan dengan sejarah versi manapun, dan bertentangan dengan logika dan akal sehat? Bahwa sejarah menyatakan bahwa si A wafat, si B gugur, si C meninggal dunia, tapi pada kenyataannya masih hidup, hanya saja di luar jangkauan radar masyarakat umum? Aku tidak membicarakan Elvis di sini. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi publik bila informasi tersebut tersingkap dan terbukti benar. Akankah buku-buku sejarah menjadi basi dan harus ditulis ulang?

Sejarah yang kita tahu belum tentu benar. Hanya Tuhan yang tahu kebenarannya, dan sebagian kecil orang yang diperkenankan mengetahuinya mungkin tidak diperkenankan menyebarkannya. Mungkin selamanya, kita takkan pernah tahu sejarah yang sesungguhnya...

Selasa, 17 Mei 2011

Fill In The Blank

Rela berkorban demi …………………………

Di masa perjuangan kemerdekaan, titik-titik kosong di atas bisa diisi macam-macam. Nusa bangsa. Kemerdekaan. Perdamaian abadi. Dan Keadilan Sosial. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus di— … ups, maaf kebablasan. Maksudnya, di masa itu, orang rela berkorban tanpa pamrih untuk kepentingan yang lebih besar, meskipun hal itu belum pasti adanya, dan sama sekali tak ada jaminan.

Bukannya di masa sekarang tidak ada. Rela berkorban demi cinta toh masih tetap ada. Cinta orang tua, cinta kekasih, cinta apapun bentuknya. Namun… sekarang prinsip rela berkorban tanpa pamrih sulit dilakukan, karena di jaman materialisme dan kapitalisme ini, kita semua telah diajari, dibiasakan, untuk bersifat realistis. Untuk memperhitungkan untung-rugi sebelum mengambil keputusan, dan tentunya untung-rugi itu harus tampak jelas, bukan hal-hal yang belum pasti.

Ada uang, ada barang
Tak ada uang, abang ditendang...