Minggu, 14 November 2010

Pembangkang

Laki-laki itu menatapku tajam. Matanya melotot, mulutnya cemberut, membuat wajah tampannya jadi kelihatan jelek. Tapi aku tetap cinta padanya.

“Dasar tidak tahu diri!” gerutunya. “Memangnya kau pikir berapa uang yang harus kukeluarkan untuk membelimu dari Tante Mirna? Belum makananmu! Atau baju dan sepatu konyol yang kaupakai itu!”

Aku menelengkan kepala, membalas tatapannya, tapi tidak menyahut.

“Kusuruh tengkurap malah terlentang. Kuminta duduk malah berdiri. Dan kau tidak bisa diam sebentar saja. Apa sih susahnya menuruti perintahku? Atau kau lebih suka kubuang ke jalanan?”

Aku membangkang karena ingin mencari perhatiannya. Tapi aku tidak mau dibuang, kelaparan dan kedinginan. Maka segera kujawab, “Guk!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar