Selasa, 27 Maret 2012

The Raid Ruins My Days


Ini bukan ripyu, cuma curcol.

Meski hobi sampinganku nonton film, aku tidak mengikuti perkembangan film-film nasional (snob banget nggak sih!). Alasannya sih klise, nggak doyan tema sebagian besar film Indonesia yang lagi-lagi horror/roman/komedi ga jelas yang sering nyerempet-nyerempet bupati (eh, akronim ini masih gaul nggak ya?). So, waktu film The Raid mulai ramai dibicarakan, ya santai-santai aja lagi. Untuk nonton bioskop, tahun ini cuma The Avengers dan The Dark Night Rises yang kutunggu. Sisanya, nanti saja nunggu DVD (bajakan) nya.

Tapi waktu poster The Raid terpampang di jadwal Blitz Megaplex, mulai deh penasaran. Lalu cari-cari info di internet. Lihat trailernya. Baca ripyunya. Dan... aaargh! Jiwa sadis masokisku terpikat! Akibatnya, jadwal baca bukuku terganggu oleh pencarian informasi yang semakin menjadi. Membaca novel Rumah Arwah-nya Isabel Allende jadi tersendat, karena waktu habis untuk memutar trailer dan membaca ripyu-ripyu tentang film yang satu ini. Sialnya, pemutaran pertama tanggal 23 Maret 2012, padahal aku sudah punya tiket mudik ke Cirebon. Huh.

Jadi mudiklah aku dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan. Fatal akibatnya. Biasanya long weekend bisa digunakan untuk baca belasan buku, tapi kenyataannya cuma bisa beberapa buku saja. Sisanya? Browsing The Raid lagi. Berhentinya cuma pas pemadaman listrik oleh PLN.

Akhirnya, daripada menonton sesuai rencana, hari Senin setelah masuk kerja lagi, kuputuskan untuk menonton film ini begitu balik ke Jakarta pada hari Minggunya. Dari Gambir aku cuma mampir sebentar ke rumah kos untuk naro barang, lantas cabut langsung ke Plaza Senayan...

Kesan-kesan setelah nonton The Raid di XXI Plaza Senayan :
1. Puas, karena adegan actionnya sesuai ekspektasi dan puja-puji para reviewer dan fanboy genre ini. Meski ceritanya STD, koreografi berantemnya keren. Akting para villain-nya juga kocak (loh?). Tapi...
2. Kurang kaget, salah sendiri kebanyakan nonton trailer/klip dan baca ripyunya. Dan rasanya kok...
3. Kurang sadis, jangan-jangan ada yang salah denganku?o.O
4. Kurang asyik nontonnya, karena beragamnya selera penonton. Tidak semua yang nonton film ini penggemar action rupanya. Bisa jadi selain terkaget-kaget dengan tingkat kekerasannya, juga kaget dengan level kesadisan penonton lain. Berbeda dengan di festival-festival yang diikuti The Raid, yang konon penonton sampai standing ovation segala. pas nonton ini, cuma sebagian yang ngasih applaus saat duel final berakhir, jadi rasanya hambar dan nggak kompak ;). Itu pun dikomentarin bapak-bapak yang duduk di belakangku: "Yang aneh penontonnya". Tapi apapun itu...
5. Masih penasaran. Lho, katanya kurang kaget, sadis, dan asyik? Yah... ini penyakit bawaan. Kalau ada film yang bikin puas nonton di bioskop, jadi nagih (ingat kasus Iron Man, heuheu). Dan siapa tahu lebih asyik, kalo pas para penontonnya satu selera...

Catatan tambahan : meski ratingnya Dewasa, masih ada saja orang tua yang mengajak anak balita-nya untuk menonton film ini, bahkan ada yang membawa kereta bayi segala. Buset deh, petugas yang nyobek tiketnya juga nggak peduli, yang penting sudah bayar tiket! Ini kalo anaknya tidak trauma atau mendadak pengin eskul silat, bisa-bisa nanti tumbuh jadi psycho (sepertiku?).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar